Untuk File MS. WORD nya Bisa di Download disini
======================================================= |
( Mata Kuliah Manajeman
Pemasaran Internasional )
Dosen
Pengampu :
Ro’is Arifin,
SE,.MM
Oleh:
Ady Cahyadi (209.08.1.0028)
Kuryati (209.08.1.0022)
UNIVERSITAS
ISLAM MALANG
FAKULTAS
EKONOMI
2012
DINAMIKA KULTURAL DALAM MENILAI
PASAR GLOBAL
A.
Elemen-Elemen Kultural
Ada banyak cara memikirkan
kultur, profesor manajemen dari belanda, Geert Hofstede, menyebut kultur
sebagai ”peranti lunak pemikiran” dan mengatakan bahwa kultur menyediakan
pedoman bagi manusia untuk bagaimana berfikir dan bertindak. Ia adalah alat
untuk memecahkan masalah. Budaya
didefenisikan sebagai total
jumlah pengetahuan tentang kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan untuk
melayani secara langsung perilaku consumer dari anggota masyarakat khusus.
Komponen
kepercayaan dan nilai-nilai pada definisi di atas berhubungan dengan akumulasi
perasaan dan prioritas yang dimiliki individu tentang sesuatu dan
miliknya. Terdapat empat komponen dalam
budaya, yaitu :
1.
Konsep
menyeluruh, budaya terdiri dari hampir semua hal yang mempengaruhi proses
pemikiran individu dan perilakunya. Budaya tidak hanya mempengaruhi preferensi seorang
konsumen, akan tetapi bagaimana konsumen membuat keputusan dan bahkan bagaimana
konsumen memahami dunia sekeliling.
2.
Budaya
diperoleh, budaya tidak meliputi respon dan predisposisi yang diwariskan. Namun
demikian oleh karena sebagian besar perilaku manusia dipelajari dari pada
pembawaan sejak lahir, maka budaya benar-benar mempengaruhi perilaku.
3.
Kekompakan
masyarakat modern sedemikian rupa sehingga budaya jarang memberikan resep yang
rinci untuk perilaku yang tepat. Sebagai gantinya didalam masyarakat industry
budaya memberikan batas kepada setiap individu dalam berpikir atau
bertindak.
4.
Ciri pengaruh
budaya, adalah bahwa kita jarang menyadarinya. Seseorang berperilaku, berpikir
dan merasa konsisten dengan anggota lainnya dari budaya yang sama, sebab
kelihatannya memang alamiah atau memang sudah benar apa yang dia lakukan.
Salah satu contohnya didalam makan
pizza, karena budaya yang berbeda, di Amerika orang menyukai pizza dengan
pepperone, di Jepang dengan ikan cumi-cumi, di Inggris dengan ikan tuna dan
jagung, di Guatemala dengan saus kacang hitam, di Chili dengan remis dan
kerangdi Bahama dengan ayam panggang, di Australia dengan telur dan di India
dengan asinan jahe.
Budaya beroperasi dengan batas yang
tidak jelas untuk perilaku individu dan mempengaruhi fungsi institusi
atau lembaga seperti keluarga dan media masa. Jadi budaya menyediakan
kerangka kerja dimana gaya hidup individu dan rumah tangga terlibat.
=======================================================
=======================================================
Beberapa perbedaan
dalam sikap dan perilaku menjadi krusial dalam menentukan kepuasan dan mungkin
menyediakan sebuah peluang untuk segmentasi konsumen dalam budaya yang berbeda.
Azas berlawanan pada penelitian konsumen Lintas Budaya yang
meskipun konsumen seluruh dunia mungkin sama pada banyak jalan (seperti
peningkatan jumlah wanita yang bekerja keluar rumah), beberapa perbedaan sikap
atau perilaku bisa menjadi krusial dalam penentuan kepuasan dan menyediakan sebuah
peluang untuk segmentasi konsumen dalam budaya berbeda. Walaupun lebih dari 50%
wanita Jepang dan Amerika bekerja diluar rumah (yang mana mempertinggi
kebutuhan untuk banyak produk konvenien dan penghematan waktu).
Analisis subbudaya memungkinkan manajer
pemasaran memfokuskan pada berbagai segmen pasar yang cukup besar dan alamiah.
Ketika melakukan analisis pemasar harus memperhatikan apakah kepercayaan,
nilai-nilai dan kebiasaan yang menjadi pedoman bagi para anggota subbudaya
tertentu dapat menjadikan mereka calon-calon yang diinginkan untuk di beri
perhatian pemasaran secara khusus. Oleh karena itu subbudaya merupakan
unit-unit analisis yang relevan untuk riset pemasaran.
Gaya
hidup konsumen dipengaruhi oleh keanggotaannya dalam kelompok masyarakat yang
lebih besar, kelompok ini disebut subkultur. Dimana orang yang menjadi anggota
kelompok membagi kepercayaan dan pengalaman biasa kemudian menjadi ketentuan
bagi anggota kelompok lainnya. Setiap konsumen termasuk ke beberapa subkultur.
Keanggotaan dari suatu kelompok subkultur bisa didasarkan pada :
1.
Persamaan umur,
misalnya para manula, remaja, eksekutif muda. Sebuah pertalian budaya terbentuk
diantara jutaan orang yang berasal dari masa selama periode waktu yang sama.
Perubahan penting terjadi pada permintaan individu terhadap setiap jenis produk
dan jasa tertentu karena perubahan usia konsumen mulai dari bayi sampai orang
tua
2.
Kesamaan latar
belakang ras atau etnik atau suku, misalnya arab, india, melayu. Adanya
perbedaan ras tidak dapat disangkal lagi, bahwa keyakinan, nilai-nilai dan
kebiasaan antara satu ras dengan yang lain berbeda. Disamping itu juga
perbedaan warna kulit, profil wajah, tinggi badan dan lain-lain. Kenyataan
inilah yang sering dipakai oleh pemasar untuk membuat segmentasi pasar dan
menentukan pasar sasaran.
3.
Atau kesamaan
tempat tinggal.
=======================================================
B.
Perubahan Kultural
Tidak seperti
karakteristik biologis yang merupakan pembawaan dari lahir (seperti seks,
kulit, warna rambut atau kecerdasan), budaya dipelajari. Pada awal usia, kita
mulai memperolehnya dari lingkungan social kita sebagai sebuah penetapan
kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang merupakan budaya kita. Untuk
anak-anak, pembelajaran untuk menerima nilai-nilai budaya dan adat adalah
diperkuat melalui proses memainkan permainan mereka. Proses pembelajaran budaya
ini mempersiapkan mereka untuk kehidupan nyata dalam lingkaran kehidupannya.
1.
Bagaimana
budaya dipelajari
Terdapat
tiga perbedaan bentuk pembelajaran budaya, yaitu :
a.
Pembelajaran
formal, dimana orang dewasa dan orang yang lebih tua mengajar anggota keluarga
yang lebih muda tentang bagaimana mereka berkelakuan.
b.
Pembelajaran
informal, dimana anak-anak mempelajari secara primer melalui peniruan perilaku
orang yang dipilih, seperti keluarga, teman, pahlawan film TV.
c.
Pembelajaran
teknis, dengan instruksi dari guru pada lingkungan pendidikan tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan mengapa harus melakukannya.
Selanjutnya iklan
sebuah perusahaan bisa mempengaruhi ketiga jenis pembelajaran budaya, seperti
banyak iklan produk yang mempertinggi pembelajaran budaya informal kesediaan
audiens dengan sebuah model perilaku untuk meniru. Secara khusus benar untuk
produk yang visible atau menyolok yang dievaluasi dalam penentuan public
(seperti desainer pakaian, hand phone atau status klub golf) dimana kawan
sebaya mempengaruhi seperti memainkan sebuah peran penting.
2.
Enculturasi
dan akulturasi
Enculturasi adalah pembelajaran pada budaya milik
seseorang yang telah diketahui. Acculturasi adalah pembelajaran pada sebuah budaya baru atau asing yang sudah
diketahui.
3.
Bahasa
dan symbol
Untuk memperoleh
sebuah budaya umum, anggota sebuah masyarakat harus bisa mengkomunikasikannya
dengan yang lain melalui sebuah bahasa umum. Tanpa sebuah bahasa umum
penyampaian maksud tidak ada yang bisa dan komunikasi yang benar tidak pernah
terjadi. Untuk mengkomunikasikan secara efektif dengan audiens mereka, pemasar
harus menggunakan symbol yang bernilai untuk menyampaikan image atau
karakteristik produk yang diinginkan, Bentuk symbol disini bias verbal atau
nonverbal.
4.
Ritual
Sejenis kegiatan simbolik yang
terdiri dari rangkaian langkah-langkah atau perilaku majemuk yang dilakukan
dengan urutan tertentu dan diulangi dari waktu ke waktu. Ritual cendrung
dihubungkan dengan benda-benda ritual seperti ketupat lebaran, pohon cemara
natal.
Orang Barat
boleh dikatakan secara ritual makan dan minum roti tawar dengan selai, keju,
sereal untuk sarapan. Sedangkan orang Indonesia merasa belum
makan bila belum makan nasi. Oleh sebab itu sangat sulit bagi produk-produk
sereal untuk diterima oleh kebanyakan orang Indonesia sebagai sarapan paginya.
Ritual dalam budaya juga dimanfaatkan
dalam iklan biskuit coklat berlapis cream dengan merek Oreo, dimana pengiklan
mengajarkan kepada konsumen makan Oreo dengan ritual tertentu yaitu : diputar,
dijilat, dicelupkan kedalam susu dan baru setelah itu dimakan.Ternyata kiat ini
sangat berhasil menarik anak-anak sebagai sasaran mereka.
5.
Pembagian
budaya
Yang menjadi
pertimbangan karakterisik sebuah budaya adalah sebuah kepercayaan, nilai-nilai
atau praktek harus dibagi dengan sebuah porsi yang significan dari masyarakat.
=======================================================
C.
Dampak Kultural Dalam
Perdagangan
Analisis
konsumen lintas budaya banyak dilakukan dengan semakin maraknya globalisasi,
antara lain untuk mengetahui apa kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
budaya. Sehubungan dengan kesamaan standarisasi produk lebih dimungkinkan,
sedangkan perbedaan selera dan pilihan produk antara konsumen lintas budaya
mengharuskan pemasar mencari cara beradaptasi supaya produknya diterima
dinegara sasaran. Ada kemungkinan standarisasi produk diikuti dengan cara-cara
berbisnis dan pemasaran yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang
lainnya. Banyak ahli beranggapan bahwa dalam pemasaran global, akulturasi
sangat dibutuhkan. Dan akulturasi harus dilakukan oleh pemasar terhadap budaya
lokal dan sebaliknya agar produk bisa diterima dipasar sasaran konsumen juga
harus dipengaruhi untuk menerima nilai-nilai baru.
1.
Kesamaan
dan perbedaan antara masyarakat
Perspektif
pemasaran global menekankan kesamaan konsumen diseluruh dunia dan merupakan
lawan dari strategi pasar lokal yang menekankan perbedaan konsumen pada
bangsa-bangsa yang berbeda beserta orientasi budaya spesifik mereka. Nilai –
nilai pada beberapa negara dapat berbeda dan memiliki keunikan antara yang satu
dengan yang lainnya. Misalnya iklan perusahaan Jepang cendrung mempunyai
komitmen yang kuat pada kelompok, ketergantungan secara sosial dan kolektivism
(bekerja sama antara yang
satu dengan
yang
lainnya) sedangkan iklan Amerika cendrung pada sikap individualisme, kurang
tergantung secara sosial (bekerja mandiri), menerima ketidakpastian sebagai suatu hal yang biasa
dan lebih suka bersaing untuk menjadi yang terbaik. Jika masuk pasar
multinasional para pemasar harus siap menyesuaikan bauran pemasaran mereka
dengan kebiasaan khusus setiap bangsa yang menjadi pasar sasaran.
2.
Pertumbuhan
kelas menengah global
Pertumbuhan
kelas menengah di negara berkembang adalah sebuah fenomena sangat menarik bagi
pemasar yang seringkali ingin mengidentifikasi pelanggan baru produk mereka. Di
Cina pendapatan $1,500 adalah kelas menengah yang menjadi pertimbangan kekuatan
membeli dan merupakan sebuah target televisi dan computer. Pada bagian lain
pendapatan setara $5,000 menjadi point pertimbangan dimana seseorang menjadi
kelas menengah dan telah diperkirakan lebih dari 1 milyar masyarakat yang
berada dinegara berkembang memenuhi standar ini. Ini penting untuk catatan
lebih dahulu bahwa konsumen pada beberapa negara kurang maju sering tidak bisa
menghasilkan pembayaran sebanyak sebuah produk seperti konsumen pada ekonomi
yang lebih maju lakukan.
3.
Akulturasi
merupakan sebuah kebutuhan sudut pandang pemasaran
Banyak
pemasar merenungkan ekspansi internasional membuat kesalahan strategi percaya
bahwa jika produknya disukai oleh consumer local atau domestic selanjutnya
seseorang akan menyukainya.
4.
Menerapkan
teknik riset
Walaupun teknik dasar penelitian yang
sama digunakan mempelajari konsumen domestic
bermanfaat untuk untuk mempelajari konsumen di negeri asing, pada
analisis lintas budaya sebuah beban tambahan ada telah diperdebatkan karena
bahasa dan penggunaan kata yang sering berbeda dari negara ke negara.
Terdapat
empat dimensi budaya untuk menjelaskan variabilitas,yaitu :
1.
Power
distance, pengaruh perbedaan kekuasaan ketika terjadi
hubungan antar pribadi.
2.
Uncertainty
avoidance, persetujuan masyarakat terhadap ancaman, situasi
ragu-ragu dan dan kepercayaan pada institusi yang membantu mereka menghindari
ketidak pastian.
3.
Masculinity
/ feminimity, peran jenis kelamin sangat menentukan
tentang perilaku pria dan wanita yang dapat diterima.
4.
Individualism,
nilai-nilai budaya sejahtera individu versus kelompok. Terdiri atas dua yaitu
a.
Collectivism
culture, orang-orang yang menjadi anggota kelompok
bekerjasama untuk mencapai tujuan.
b.
Individualism
culture, tujuan individu lebih penting.
Bagaimana
pergerakan budaya memberikan arti bagi kehidupan melalui produk yang digunakan
setiap hari dan bagaimana arti pergerakan ini terhadap sebuah masyarakat
konsumer.
Sebuah
range yang lebar pada teknik pengukuran digunakan dalam mempelajari budaya,
misalnya :
1.
Test proyeksi
digunakan oleh psychologis untuk mempelajari motivasi dan kepribadian dan
2.
Teknik
pengukuran sikap digunakan oleh psikologi dan sosiologi masyarakat yang secara
relative merupakan peralatan populer dalam studi kebudayaan.
=======================================================
D. Budaya
Dalam Prosses Negoisasi
Bernegosiasi di Negara sendiri sudah cukp
berat padahal anda berurusan dengan kolega yang berfikir, memproses informasi,
mempunyai seperangkat nilai dan berbicara dengan bahasa yang sama seperti anda.
Kini pertimbangkan suatu situasi dimana hanya sedikit pengegtahuan yang
diketahui, sedikit nilai yang sama, bahasa yang di ucapkan berbeda cdan anda
dengan mudah dapat melihat bagaimana rumitnya menegoisasikan transaksi
internasional.
Orang dari budaya yang berbeda menggunakan
gaya negoisasi dan pendekatan yang berbeda. Mereka memiliki gaya komunikasi
yang berbeda, strategi yang berbeda. Perbedaan itu terjadi dalam cara
memandang, mengelola dan bagaimana cara menyelesaikan suatu konflik.
Tips negoisasi lintas budaya
-
adalah penting untuk
memahami pentingnya kedudukan di negara lain; mengetahui siapa pengambilan
keputusan, membiasakan dengan gaya bisnis perusahaan asing cdan dapat
mengetahui masalah-masalah dengan baik.
-
Prioritaskan apa yang
paling penting
-
Belajarlah dari
mpengalaman, apa yang berhasil dimasa laluakan menjadi pertimbangan cara yang
akan di lakukan selanjutnuya oleh anda.
-
Ketahuilah profil dari
perusahaan asing, apakah mereka berorientasi pada tugas atau pada suatu
hubungan.
-
Masslah waktu juga harus
dipertimbangkan.
-
Selanjutnya pahami proses
pengambilan keputusan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mitchell Charles. (2001) : Memahami Budaya Bisnis Internasional, PPM, Jakarta
Aaker David A – Kumar V. – Day George S, (2004) :
Marketing Research, Eighth Edition, John Wiley & Sons, Inc, New York – USA.
Cateora Philip R, Graham John L. (2007) : Pemasaran
Internasional, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta,
Craven David W., Piercy Nigel F. (2006) : Strategic
Marketing, International Edition, Mc Graw-Hill,
Kotabe Masaaki, Helsen Kristiaan (2004) : Global
Marketing Management, Third edition, Wiley International Edition.
Kuncoro Mudrajad, (2003) : Metode Riset untuk Bisnis
dan Ekonomi, -- , Erlangga, Jakarta –
Indonesia.
Malhotra Naresh K, (2005) : Riset Pemasaran ;
Pendekatan Terapan, Edisi Keempat, PT. Indeks, Jakarta – Indonesia.
Sugiyono, (2004) : Metode Penelitian Bisnis, Cetakan
Ketujuh, Alfabeta, Bandung – Indonesia.
=======================================================
=======================================================
0 comments:
Posting Komentar